Produksi liquor cerebro spinalis (LCS) kira-kira 70% dibentuk dalam
pleksus khoroid ventrikel oleh proses sekresi aktif dan ultrafiltrasi dari
plasma dan sekitar 30% terbentuk sebagai cairan interstitial yang diproduksi
dalam ruang interseluler otak dan sumsum tulang belakang. Resorbsi LCS terjadi
melalui villi arakhnoid dari sinus duramater. Walaupun terus-menerus ada
produksi dan resorpsi LCS dan terus-menerus juga ada pertukaran zat antara LCS
dan darah, ada stagnasi tegas dalam kantong lumbal. Karena itu, konsentrasi
protein dan jumlah sel dalam LCS di kantong lumbal lebih tinggi dibandingkan
dengan LCS dalam ventriculus dan cisterna magna.
Volume total LCS pada orang dewasa adalah kurang lebih 90 – 150 ml. Di
ventrikel kira-kira 20 ml, di dalam sisterna subarakhnoid 60 ml, dan di dalam
kanalis spinalis sekitar 70 ml. Kecepatan formasinya pada orang dewasa sekitar
500 ml/hari atau 20 ml/jam. Produksi LCS meningkat pada papilloma pleksus
khoroideus, kongenital / obstruksi hydrosephalus, dan pemberian spironolacton.
Sedangkan produksinya menurun pada hipotermia, alkalosis, pemberian furosemid
dan vasopressin.
Dalam keadaan normal tekanan awal bervariasi antara 90 – 180 mmHg yang
diukur pada posisi terbaring lateral. Adanya perubahan kecil antara 5 – 10 mmHg
pada umumnya terjadi waktu bernafas, batuk-batuk atau mengejan, sedangkan tidak
adanya perubahan kemungkinan letak jarum yang tidak benar atau adanya sumbatan.
Apabila tekanan awal lebih dari 180 mmHg dan tetap tinggi maka LCS yang dapat
diambil hanya 1-2 ml.
Lokasi pengambilan sampel dengan jarum pada mumnya di kolumna vertebralis
pada daerah lumbal yaitu antara L2-L3 atau L3-L4. Pertimbangan pengambilan pada
daerah lumbal adalah lebih praktis dan aman karena hanya terdapat filum
terminale sehingga kemungkinan melukai system saraf adalah kecil. Pungsi lumbal
perlu dilakukan secara hati-hati dan dengan tujuan yang jelas. Pada tekanan
intrakranial yang tinggi sebaiknya tidak dilakukan, hal ini dapat menyebabkan
herniasi medulla oblongata.
Volume LCS yang diperlukan untuk pemeriksaan antara 15 sampai 20 ml dan
dibagi dalam 3 buah tabung steril :
1. Tabung pertama
untuk analisa kimia, serologi, dan pemeriksaan khusus misalnya imunologi.
2. Tabung kedua untuk
analisa bakteriologi.
3. Tabung
ketiga untuk analisa mikroskopis sel.
Indikasi lumbal pungsi adalah
1. Diagnostik
a. Evaluasi
perdarahan serebro vaskuler
b. Deteksi penyakit
infeksi (meningitis, ensepalitis)
c. Diagnosis kelainan
imunologi (multiple sclerosis)
d. Differensial
diagnosis dari serebral infark atau serebral hemorrhagi
e. Diagnosis dengan
myelographi
2. Tindakan terapi
a. Mengurangi tekanan
intracranial
b. Tindakan terapi,
misalnya pada leukemia
Adakalanya sukar untuk menafsirkan adanya darah segar dalam specimen LCS
karena pungsi dapat melukai pembuluh darah dan menyebabkan ada darah biarpun
LCS sebetulnya jernih.. Untuk membedakannya perlu dinilai dalam hal :
1. Pada trauma pungsi
menunjukkan adanya penjernihan darah yang berarti antara tabung-tabung pertama
dan ketiga. Jika darah tetap sama banyaknya dalam ketiga tabung, darah itu
sangat mungkin sudah ada sebelum dilakukan pungsi (perdarahan
intraserebral/subarakhnoid).
Setelah tabung-tabung disentrifugasi
cairan atas tidak berwarna jika darah berasal dari trauma pungsi, jika sudah
ada darah sebelum pungsi cairan atas berwarna kuning pucat sampai kuning tegas
(xanthokromia) yang terjadi karena pelepasan hemoglobin dari eritrosit yang
lisis. Hal ini disebabkan kemungkinan tidak adanya protein dan lemak yang
diperlukan untuk menstabilkan membran eritrosit.
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
Pemeriksaan makroskopis meliputi warna, kekeruhan, pH, konsistensi
(bekuan), dan berat jenis :
1. Warna
§ Normal warna LCS tampak jernih, ujud dan viskositasnya
sebanding air.
§ Merah muda → perdarahan trauma akibat pungsi.
§ Merah tua atau coklat → perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis dan akan terlihat
jelas sesudah disentrifuge.
§ Hijau atau keabu-abuan → pus.
§ Coklat → terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural kronik.
§ Xanthokromia → mengacu pada warna kekuning-kuningan biasanya akibat
pelepasan hemoglobin dari eritrosit yang lisis (perdarahan
intraserebral/subarachnoid); tetapi mungkin juga disebabkan oleh kadar protein
tinggi, khususnya jika melebihi 200 mg/dl.
2. Kekeruhan
§ Normal → tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian LCS
yang jernih terdapat juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis,
poliomyelitis, dan meningitis tuberkulosa.
§ Keruh → ringan seperti kabut mulai tampak jika jumlah lekosit
200-500/ul3, eritrosit > 400/ml, mikroorganisme (bakteri, fungi,
amoeba), aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi, atau media kontras
radiografi.
3. Konsistensi bekuan
Terjadinya bekuan menandakan bahwa banyak darah masuk ke dalam cairan
pungsi pada waktu pungsi; darah dalam LCS yang disebabkan perdarahan
subarachnoid tidak membeku.
§ Normal → tidak terlihat bekuan
§ Bekuan → banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin.
Disebabkan oleh trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis
tuberkulosa. Jendalan sangat halus dapat terlihat setelah LCS didiamkan di
dalam almari es selama 12-24 jam.
ANALISA
LABORATORIUM
1. Metode
: perbandingan dengan aquadest secara visual
2. Prinsip : pada
keadaan normal ujud LSC seperti air, dengan membandingkannya dapat dinilai
adanya perubahan ujud LCS.
3. Peralatan yang
dipergunakan :
a. Tabung reaksi
b. Kertas putih
4. Tata cara
pemeriksaan :
a. Tabung reaksi
diisi aquadest secukupnya sebagai pembanding.
b. Contoh bahan
diisikan pada tabung reaksi yang sama ukurannya dengan pembanding.
c. Kedua tabung
diletakkan berdekatan dengan latar belakang kertas putih.
d. Bandingkan contoh
bahan dengan aquadest.
5. Tata cara
pembacaan hasil :
a. Warna
b. Kejernihan /
kekeruhan
§ 0 = jernih
§ + 1 = berkabut
§ + 2 = kekeruhan ringan
§ + 3 = kekeruhan nyata
§ + 4 = sangat keruh
c. Bekuan, tidak ada
(negatif) atau ada bekuan (positif)
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Eritrosit dan leukosit masuk ke dalam LCS jika ada kerusakan pada pembuluh
darah atau sebagai akibat reaksi terhadap iritasi. Bilirubin yang dalam keadaan
normal tidak ada dalam LCS, mungkin dapat ditemukan dalam LCS seorang yang tidak
menderita ikterus setelah terjadi perdarahan intrakranial. Bilirubin itu adalah
bilirubin tidak dikonjugasi dan karena itu menandakan adanya katabolisme
hemoglobin setempat dalam SSP.
Perhitungan sel lekosit dan eritrosit harus segera
dilakukan, hal ini dikarenakan 40% dari lekosit dapat lisis setelah 2 jam,
sedangkan eritrosit akan lisis setelah 1 jam pada suhu ruangan. Perhitungan
jumlah eritrosit LCS memiliki nilai diagnostik terbatas yaitu untuk
differensial diagnosis trama pungsi vs hemorhagi subarakhnoid dan koreksi
jumlah lekosit LCS dan protein untuk kontaminasi darah tepi yang ada kaitannya
dengan trauma pungsi.
Nilai rujukan normal pada anak dan dewasa untuk
jumlah lekosit (monosit dan limposit) adalah 0 – 5 sel/ul, sedangkan untuk
neonatus 0 – 30 sel/ul. Walaupun belum ada kesepakatan batas tertinggi normal
netropil dalam LCS sebagai patokan dapat dipergunakan sampai angka 7%, hal ini
dapat disebabkan adanya kontaminasi minimal dari darah tepi. Sedangkan monosit
(14%) lebih rendah dibandingkan limposit (86%), tingginya perbedaan ini dapat
disebabkan karena monosit sering diklasifikasikan sebagai limposit.
Pada tahap dini meningitis
bakteria akut, netrofil biasanya lebih dari 60%. Peningkatan monosit
biasanya diikuti peningkatan limposit, netropil, dan sel plasma merupakan cirri
khas meningitis tuberkulosa, meningitis fungi, dan meningitis bakteria kronis. Sedangkan pada meningoensepalitis virus pada awalnya terjadi netrofilia kemudian
berubah ke respons limposit.
Spesimen yang
Mengandung Darah
Adakalanya perlu untuk mengetahui jumlah leukosit atau kadar protein dalam
LCS yang mengandung darah oleh trauma pungsi. Satu cara kasar untuk meniadakan
pengaruh dari darah trauma ialah dengan menganggap bahwa darah itu berisi 1-2
lekosit per 1000 eritrosit; demikian kalau dalam LCS hanya ada darah yang
berasal dari trauma pungsi didapat 20.000 eritrosit/ul maka jumlah lekosit
tidak lebih dari 30-40 per ul. Kecuali jika dalam darah pasien itu ada
leukositosis tegas, maka menemukan lebih dari 45 leukosit/ul menunjukkan ada
pleiositosis yang sudah ada sebelum pungsi. Selain itu perdarahan oleh trauma
pungsi menambah sekitar 1 mg protein/dl untuk setiap 1000 eritrosit/ul.
ANALISA
LABORATORIUM JUMLAH LEKOSIT
1. Metode : bilik
hitung Improved Neubauer
2. Prinsip : LCS
diencerkan dalam perbandingan tertentu dan lekosit dihitung dalam volume
tertentu.
3. Alat yang dipakai
:
a. Pipet lekosit
b. Bilik hitung
Improved Neubauer
c. Tabung reaksi
kecil
d. Mikroskop
4. Reagen yang
dipakai : larutan Turk
5. Tata cara
pemeriksaan
a. Kocoklah dengan
perlahan-lahan LCS yang akan diperiksa.
b. Isaplah
larutan Turk dengan pipet lekosit sampai tanda 1 (satu).
c. Kemudian LCS
dihisap sampai tanda 11 (sebelas) dan seterusnya dikocok.
d. Letakkan kaca
penutup di atas bilik hitung.
e. Larutan LCS yang
ada dalam pipet lekosit dibuang antara 2-3 tetes, kemudian diteteskan pada
bilik hitng hingga bidang-bidang pada bilik hitung terisi. Diamkan lebih kurang
5 menit dalam posisi datar.
f. Kemudian diperiksa
dalam mikroskop cahaya dengan pembesaran lensa obyektif 10 kali.
g. Hitung semua
lekosit yang terdapat pada 9 (sembilan) bidang besar.
PEMERIKSAAN KIMIA
Analisa kimia LCS dapat banyak membantu dalam diagnosis atau menilai
prognosis terhadap penderita. Pemeriksaan rutin yang sering dilakukan adalah
penetapan protein secara kualitatif, kadar protein, dan kadar glukosa.
ANALISA
LABORATORIUM PROTEIN KUALITATIF
Dalam keadaan normal, cairan otak hanya mengandung sedikit sekali protein,
karena sawar darah-otak tidak dapat ditembus oleh protein-protein plasma yang
besar molekulnya. Konsentrasi normal kurang dari 1% dari kadar protein dalam
serum yang nilainya 5-8 g/dl. Perbandingan antara albumin dan globulin lebih
besar dalam LCS daripada dalam plasma karena molekul albumin lebih kecil
sehingga lebih mudah melalui sawar endotel.
Ada bermacam-macam sebab konsentrasi protein meningkat. Satu di antaranya
adalah permeabilitas sawar darah-otak yang menigkat oleh radang. Pada
meningitis yang berat, semua jenis protein dapat menembus ke dalam LCS,
termasuk juga fibrinogen yang molekulnya besar sekali. Pada meningitis
purulenta, protein dalam LCS lebih meningkat lagi oleh karena bakteri dan
sel-sel, baik yang utuh maupun yang rusak menambah protein ke dalam LCS.
A. TEST PANDY
1. Prinsip : reagen
pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin
dan globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi
kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti kabut.
2. Alat dan reagen
yang dipakai
a.
Tabung serologi (garis tengah 7 mm)
b. Kertas putih
c. Reagen Pandy (larutan phenol jenuh dalam air)
3. Tata cara
pemeriksaan
a. Ke dalam tabung
serologi dimasukkan 1 ml reagen Pandy
b. Tambahkan 1 tetes
LCS
c. Kemudian dilihat
segera ada tidaknya kekeruhan.
4. Tata cara
pembacaan hasil
a. Negatif
: tidak ada kekeruhan
b. Positif : terlihat
kekeruhan yang jelas
+1 :
opalescent (kekeruhan ringan seperti kabut)
+2 :
keruh
+3 :
sangat keruh
+4 :
Kekeruhan seperti susu
TEST NONNE APELT
1. Prinsip : reagen
Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin
dalam bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin yang terbentuk
berhubungan dengan kadar globulin, makin tinggi kadarnya maka cincin yang
terbentuk makin tebal. Pada keadaan normal, tidak terjadi kekeruhan.
2. Alat dan reagen
yang dipakai
a.
Tabung serologi (garis tengah 7 mm)
b.
Reagen Nonne (larutan ammonium
sulfat jenuh dalam air)
3. Tata cara
pemeriksaan
a.
Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Nonne
b. Tambahkan 1 ml LCS
dengan cara pelan-pelan sehingga terbentuk 2 lapisan, di mana lapisan atas
adalah LCS. Diamkan selama 3 menit.
c. Kemudian dilihat
pada perbatasan kedua lapisan dengan latar belakang gelap.
4. Tata cara
pembacaan hasil
a. Negatif : tidak
terbentuk cincin antara kedua lapisan
b. +1
: cincin yang terbentuk menghilang setelah dikocok (tidak ada bekasnya).
c. +2 : setelah
dikocok terjadi opalesensi
d. +3 : mengawan
setelah dikocok
GLUKOSA
Menyusutnya kadar glukosa dalam LCS paling mengesankan pada meningitis
purulenta di mana kominasi metabolisme leukosit dan bakteri dapat menurunkan
kadar glukosa menjadi nol. Metabolisme glukosa adalah satu proses aktif yang
tetap masih dapat berlanjut setelah sampel diaspirasi; karena it penetapan
glukosa harus segera dilakukan apabila ada persangkaan bahwa LCS berisi
granulosit dan bakteri. Karena semua macam mikroorganisme menggunakan glukosa,
maka penurunan kadar glukosa dapat disebabkan oleh fungi, protozoa, bakteri
tuberculosis, dan bakteri piogen. Meningitis oleh virus hanya sedikit
merendahkan kadar glukosa dalam LCS.
ASAM LAKTAT
Konsenttrasi asam laktat mencerminkan aktifitas glikolisis setempat dan
karena itu penetapan kadarnya dapat menambah informasi apabila hasil
pemeriksaan lainnya meragukan. Kadar asam laktat lebih dari 35 mg/dl jarang
terjadi kecuali pada meningitis oleh bakteri atau fungi.
0 komentar:
Posting Komentar