Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 28 April 2012

Caries gigi

MENGENAL KARIES GIGI LEBIH DEKAT

Karies gigi merupakan suatu penyakit yang menyerang gigi yang mengakibatkan kerusakan secara lambat dari jaringan keras gigi. Perluasan penyakit ini, bila tidak segera ditangani akan dapat meluas hingga ke pulpa gigi dan merusak seluruh mahkota gigi. Hal ini dapat menimbulkan rasa sakit, terganggunya fungsi pengunyahan, radang gusi, terbentuknya abses, perubahan penampilan pasien, dan efek-efek sosial yang berkaitan dengannya.


Mula-mula karies gigi mengakibatkan kerusakan jaringan keras gigi melalui aksi bakteri pembentuk asam yang terdapat di permukaan gigi. Tahap awal karies yaitu terjadinya demineralisasi yang lambat dari email gigi. Tahap ini berlangsung progresif, berawal dari email, kemudian melintasi pertautan email-dentin dan menuju ke dentin. Pada pasien lanjut usia dimana sudah terjadi resesi gingiva, lesi karies dapat menyerang sementum dan dentin dari akar gigi yang terbuka.
Karies gigi berawal dari terbentuknya plak. Setiap gigi yang terdapat di dalam rongga mulut umumnya diliputi oleh deposit air ludah / saliva, bakteri dan produk sampingan metabolism bakteri. Bahan kompleks ini lah yang disebut plak gigi. Plak gigi akan menempel di daerah permukaan gigi yang halus dan akan menumpuk pada daerah groove atau alur gigi. Plak akan terus berakumulasi kecuali dibersihkan melalui prosedur pembersihan gigi atau karena proses pengunyahan makanan berserat. Namun cara tersebut tidak dapat melakukan pembersihan pada daerah groove atau fissure yang dalam.
Pada dasarnya, karies merupakan penyakit gigi yang dapat dicegah. jika kekuatan penghancuran melebihi kekuatan reparatif / perbaikan gigi, maka karies akan terus berlanjut begitu pula sebaliknya. jika kekuatan reparatif melebihi kekuatan penghancuran, maka karies dapat berhenti atau bahkan membaik (tergantung pada stadium apa terjadinya). Oleh karena itu, mengetahui keadaan gigi geligi apakah telah terkena karies lebih dini sangatlah penting. Jika kerusakan gigi akibat karies dibiarkan terus berlanjut, maka satu-satunya jalan untuk menanganinya adalah dengan tindakan operatif (tindakan menambal gigi dengan tumpatan)
Dasar-dasar pencegahan karies adalah modifikasi satu atau lebih dari tiga faktor utama penyebab karies, yaitu : plak , substrat karbohidrat yang sesuai, dan kerentanan gigi. Karena karies membutuhkan waktu yang lama (bulanan hingga tahunan), maka faktor waktu inilah yang dapat dikendalikan pasien.
Dalam pencegahan karies, terdapat 3 hal yang dapat dilakukan , yaitu :
1. Menghilangkan substar karbohidrat. Perlu diperhatikan : mengurangi frekuensi konsumsu gula dan membatasinya pada saat makan saja.
2. Meningkatkan ketahanan gigi. Email dan dentin yang terbuka akan dapat lebih tahan terhadap karies dengan adanya fluor.
*Saran : anda dapat menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor untuk membantu ketahanan gigi anda terhadap karies
3. Menghilangkan plak bakteri. Secara teoritis, permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi karies. namun faktanya, penghilangan plak total bukan lah pekerjaan yang mudah.
*Saran : rajinlah menyikat gigi sehabis makan dan sebelum tidur untuk meminimalkan proses pembentukan plak gigi, dan rajinlah berkumur untuk mengurangi adanya bakteri kariogenik / bakteri penyebab karies di dalam mulut.

Argentometri Volhard

Argentometri Metode Volhard

titikakhirtitrasimetodevolhard

Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat ditentukan dengan menggunakan larutan standart perak nitrat. Larutan perak nitrat ditambahkan secara berlebih kepada larutan analit dan kemudian kelebihan konsentrasi larutan Ag+ dititrasi dengan menggunakan larutan standar tiosianida (SCN-) dengan menggunakan indicator ion Fe3+. Ion besi(III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat membentuk kompleks yang berwarna merah.
Reaksi yang terjadi dalam titrasi argentometri dengan metode volhard adalah sebagai berikut:
Ag+(aq)  + Cl-(aq) -> AgCl(s)  (endapan putih)
Ag+(aq)  + SCN-(aq) -> AgSCN(s) (endapan putih)
Fe3+(aq)  + SCN(aq) -> Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah)

Titrasi dengan cara ini disebut sebagai titrasi balik atau titrasi kembali. Mol analit diperoleh dari pegurangan mol perak mula-mula yang ditambahkan dengan mol larutan standar tiosianat.  Karena perbandingan mol dari reaksi adalah 1:1 semua maka semua hasil diatas dapat langsung dikurangi.
Mol analit = mol Ag+ total – mol SCN
Aplikasi dari argentometri dengan metode Volhard ini adalah penentuan konsentrasi ion halide. Kondisi titrasi denga metode Volhard harus dijaga dalam kondisi asam disebabkan jika laruran analit bersifat basa maka akan terbentuk endapat Fe(OH)3. Jika kondisi analit adalah basa atau netral maka sebaiknya titrasi dilakukan dengan metode mohr atau fajans.

Argentometri Fajans

Argentometri Metode Fajans


indikator absorbsi dapat dipakai untuktitrasi argentometri. Titrasi argentometri yang menggunakan indicator adsorbsi ini dikenal dengan sebutan titrasi argentometri metode Fajans. Sebagai contoh marilah kita gunakan titrasi ion klorida dengan larutan standart Ag+. Dimana hasil reaksi dari kedua zat tersebut adalah:
Ag+(aq)  + Cl-(aq) -> AgCl(s)  (endapan putih)
Endapan perak klorida membentuk endapan yang bersifat koloid. Sebelum titik ekuivalen dicapai maka endapat akan bermuatan negative disebakkan teradsorbsinya Cl- di seluruh permukaan endapan. Dan terdapat counter ion bermuatan positif dari Ag+ yang teradsorbsi dengan gaya elektrostatis pada endapat. Setelah titik ekuivalen dicapai maka tidak terdapat lagi ion Cl- yang teradsorbsi pada endapan sehingga endapat sekarang bersifat netral.
Kelebihan ion Ag+ yang diberikan untuk mencapai titik akhir titrasi menyebabkan ion-ion Ag+ ini teradsorbsi pada endapan sehingga endapan bermuatan positif dan beberapa ion negative teradsorbsi dengan gaya elektrostatis sebagai counter ion.
Indikator adsorbsi merupakan pewarna, seperti diklorofluorescein yang berada dalam keadaan bermuatan negative dalam larutan titrasi akan teradsorbsi sebagai counter ion pada permukaan endapan yang bermuatan positif. Dengan terserapnya ini maka warna indicator akan berubah dimana warna diklorofluorescein menjadi berwarna merah muda. Mekanisme teradsorbsinya indicator ini ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
mekanismeindikatoradsorbsi

Mekanisme Peradangan


Mekanisme Peradangan

Peradangan adalah reaksi jaringan terhadap kerusakan yang cukup untuk menyebabkan kematian jaringan. Gejala radang utama diantaranya adalah nyeri, kemerahan, panas, kebengkakan, serta gangguan pada fungsi tubuh normal (Boden 2005). Menurut Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomi FKUI (1973),
Tanda-tanda radang scara makroskopik diantaranya :
1.kemerahan (rubor) terjadi karena adanya peningkatan sirkulasi darah di daerah radang    dan vasodilatasi dari kapiler.
2.panas (calor) terjadi akibat peningkatan sirkulasi darah d daerah radang.
3.pembengkakan (tumor) disebabkan oleh adanya eksudat di jaringan daerah radang.
4.rasa nyeri (dolor) disebabkan oleh zat-zatmediator inflamasi seperti histamin dan adanya tekanan tehadap jaringan oleh eksudat.
Beberapa penyebab dari peradangan diantaranya adalah keberadaan benda asing di dalam jaringan dan kerusakan jaringan yang disebabkan oleh agen infeksi, trauma fisik, radiasi, racun (kimia, biologi, organik), respon imun, alergi, serta suhu yang ekstrim. Apabila terjadi peradangan, maka agen penyebab radang dan kerusakan jaringan yang terjadi tersebut akan dilokalisasi dan dieliminasi dengan berbagai cara, diantaranya adalah melalui fagositosis oleh leukosit. Kondisi ini akan menyebabkan persembuhan jaringan yang rusak di lokasi radang. Apabila terjadi kelambanan atau ketidakmampuan proses eliminasi agen penyebab radang tersebut, maka akan menyebabkan peradangan menjadi berlanjut dan persembuhan akan terhambat.
Aktifitas peradangan yang diselenggarakan oleh mediator inflamasi dimulai dengan dilatasi pembuluh darah arterial dan pembuluh darah kapiler setempat untuk menciptakan kondisi hiperemi. Setelah itu, akan terjadi kontraksi endotel dinding kapiler yang dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler, sehingga akan terbentuk eksudat serous di interstisium daerah yang mengalami peradangan. Menurut Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomi FKUI (1973), pembuluh darah kapiler yang sehat mempunyai permeabilitas yang terbatas, yaitu dapat dilalui oleh cairan dan larutan garam, tetapi sulit untuk dialui larutan protein yang berupa koloid. Apabila pembuluh darah kapiler cedera akibat peradangan, maka dinding pembuluh darah kapiler menjadi lebih permeabel dan akan lebih mudah dilalui oleh larutan protein yang berupa koloid. Peningkatan permeabilitas tersebut menyebabkan peningkatan jumlah cairan yang keluar dari pembuluh darah kapiler. Cairan tersebut akan mengisi jaringan sekitar radang dan menyebabkan edema, sehingga akan terlihat gejala radang yaitu pembengkakan. Larutan protein (koloid) dapat dengan mudah keluar melalui dinding pembuluh darah kapiler yang cedera/rusak tersebut. Molekul protein awal yang keluar dari pembuluh darah adalah albumin, kemudian diikuti oleh molekul-molekul protein yang lebih besar (globulin dan fibrinogen). Kondisi ini menyebabkan cairan edema mempunyai kadar protein yang tinggi. Kadar protein yang tinggi dalam plasma di jaringan tersebut akan mengakibatkan peningkatan tekanan osmotik dalam jaringan, sehingga menghalangi cairan plasma tersebut masuk ke dalam pembuluh darah kapiler.
Selain itu, terjadi perubahan pengaliran sel-sel darah putih di dalam pembuluh darah di daerah yang mengalami radang. Apabila dalam kondisi normal, maka sel-sel darah putih akan mengalir di tengah arus. Sedangkan pada kondisi radang, sel-sel darah putih akan mengalami marginasi (mengalir mendekati dinding endotel). Sel-sel darah putih tersebut berperan dalam fagositosis agen penyebab radang, menghancurkan sel dan aringan nekrotik, serta antigen asing.
Kondisi radang akan terjadi aktifitas pengiriman sel-sel darah putih dari lumen pembuluh darah ke daerah yang mengalami radang atau ke lokasi yang mengalami kerusakan jaringan. Tahapan dalam pengiriman sel-sel darah putih tersebut diantaranya adalah :
- Sel-sel darah putih mengalir mendekati endotel pembuluh darah (marginasi).
- Sel-sel darah putih mendarat pada dinding endotel pembuluh darah dengan cara menggelinding di sepanjang endotel (rolling).
- Sel-sel darah putih berhenti dengan melekat pada reseptor di permukaan endotel (adhesi).
-  Sel-sel darah putih mengalami ekstravasasi/emigrasi (keluar dari dalam pembuluh darah) dengan cara menembus dinding endotel dan membran basal di bawah endotel. Keluarnya sel-sel darah putih terjadi secara diapedesis (melewati celah diantara endotel).
-  Sel-sel darah putih bermigrasi di jaringan interstisium, menuju ke pusat inflamasi karena adanya stimulus kemotaktik.
Mekanisme migrasi sel-sel darah putih keluar dari pembuluh darah dan menuju ke pusat inflamasi disebabkan oleh adanya bahan kemotaktik (mediator inflamasi, jaringan nekrotik, infeksi oleh mikroba, dan benda asing). Sel-sel darah putih (leukosit) yang berada di interstitium daerah radang akan bertindak sebagai sel-sel radang. Menurut Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomi FKUI (1973), kemotaktik adalah pergerakan menuju arah tertentu yang disebabkan oleh zat-zat kimia. Kemotaktik menyebabkan leukosit bergerak langsung menuju ke jaringan yang cedera/rusak. Sel-sel darah putih terutama tertarik oleh zat-zat yang dilepaskan oleh bakteri (agen infeksi) dan zat-zat yang dilepaskan oleh jaringan yang cedera. Kemotaksis menyebabkan sel-sel darah putih menuju ke agen infeksi, sehingga akan terjadi fagositosis.
Mediator inflamasi yang terbentuk mempunyai kemampuan dalam meningkatkan potensi (aktivasi) sel-sel di daerah radang (sel radang, sel endotel, dan sel fibroblast). Mediator inflamasi pada umumnya terdapat dalam bentuk inaktif di berbagai sel dan plasma darah. Mediator inflamasi tersebut akan diaktifkan oleh adanya stimulus respon peradangan, diantaranya adalah nekrosa sejumlah sel atau adanya agen asing di dalam jaringan tubuh. Beberapa mediator inflamasi yang sudah diinaktifasi akan menjadi aktifator bagi mediator inflamasi lainnya yang masih inaktif. Sel yang ikut berperan dalam menghasilkan mediator inflamasi pada umumnya terdapat di daerah respon radang, sel-sel tersebut diantaranya adalah sel mast, leukosit, endotel, thrombosit, dan fibroblast. Selain itu, komponen interstitium yang juga berperan dalam menghsilkan mediator inflamasi diantaranya adalah cairan jaringan, serabut kolagen, dan membran basal. Menurut Vander et al. (1990), beberapa mediator inflamasi lokal yang penting diantaranya adalah kinin, komplemen, dan produk penggumpal darah yang dihasilkan oleh protein plasma, serta histamin, eikosanoid, dan platelet-activating factor yang dihasilkan oleh sel mast. Selain itu, mediator inflamasi lain diantaranya adalah monokin (interleukin 1 dan tumor necrosis factor) yang dihasilkan oleh monosit dan makrofag serta enzim lisosom yang dihasilkan oleh makrofag dan neutrofil.
Histamin merupakan mediator inflamasi yang dihasilkan oleh sel mast jaringan ikat yang terletak di tepi vaskuler, basofil darah, dan thrombosit. Histamin mempunyai daya kerja memperluas (vasodilatasi) mikrovaskuler (arteriol kapiler) di daerah radang dan membuat lapisan endotel vaskuler menjadi kontraktif sehingga meninggalkan celah (peningkatan permeabilitas vaskuler). komplemen terdiri dari 20 komponen protein sebagai bagian dari plasma darah normal. Apabila terjadi stimulasi pada komplemen, maka komplemen akan membentuk komponen-komponen aktif, misalnya adalah C3a, C5a, C3b, dan C5-9. C3a dan C5a berperan sebagai stimulus pelepas histamin dari sel mast. C3b berperan sebagai opsonin bakteri sehingga lebih mudah difagositasi oleh makrofag dan neutrofil. C5a berperan sebagai aktivator pelepas mediator inflamasi dari neutrofil dan makrofag, menstimulasi adhesi leukosit pada endotel, serta bersifat kemotaktik terhadap leukosit. C5-9 berperan sebagai kompleks pelisis membran dengan cara melekat terlebih dahulu pada membran hidrofobik sel target (membran bakteri). Aktifasi sistem komplemen dapat dimulai dengan perlekatan antara komplemen C1 dengan IgM dan IgG pada kompleks antigen-antibodi. Selain itu, aktifasi sistem komplemen juga dapat dimulai dari komplemen C3 akibat kontak dengan permukaan mikroba, endotoksin, kompleks polisakarida, dan enzim lisosom produk neutrofil yang keluar ketika terjadi proses fagositosis. Sebagian besar komplemen dibentuk oleh hepatosit hati dan merupakan protein plasma darah. Jumlah komplemen akan mengalami peningkatan ketika terjadi proses peradangan, terutama peradangan yang bersifat sistemik.
Mediator inflamasi kinin terbentuk dari protein plasma faktor penggumpalan darah XII (faktor hageman) yang terstimulasi oleh adanya kontak antara protein plasma dengan jaringan subendotel yang terbuka ketika terjadi kerusakan endotel. Produk dari sistem kinin yang utama adalah bradykinin dan kallikrein. Bradykinin berperan dalam peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, dan peningkatan rasa nyeri. Kallikrein bersifat sebagai kemotaktik dan berperan sebagai aktivator komplemen C5. Menurut Vander et al. (1990), kinin juga berperan dalam aktivasi neuronal pain receptors.
Eikosanoid merupakan produk metabolisme asam arachidonik (prostaglandin, prostacyclin, thromboxanes, leukotrienes) dan berperan sebagai mediator inflamasi yang penting (Vander et al. 1990). Asam arachidonik merupakan bagian dari membran fosfolipid sel tubuh. Apabila terjadi kerusakan membran sel oleh pengaruh mekanik, kimiawi, dan fisik, atau komplemen C5a, maka akan terbentuk enzim fosfolipase yang akan melepaskan asam arachidonik dari membran sel yang rusak tersebut. Asam arachidonik tersebut selanjutnya akan mengalami metabolisme dengan menghasilkan metabolit (eikosanoid) yang bersifat sebagai mediator inflamasi. menurut Vander et al. (1990), terdapat dua cabang utama dari asam arachidonik, yaitu cabang yang dikatalisasi oleh enzim siklo-oksigenase dengan mengahsilkan prostaglandin, prostacyclin, dan thromboxanes. Sedangkan cabang lain adalah dikatalisasi oleh enzim lipoxygenase dengan menghasilkan leukotrienes.

Proses inflamasi dari eikosanoid diantaranya adalah kemotaktik, agregasi neutrofil, vasokonstriksi, bronkospasmus, peningkatan permeabilitas, dan vasodilatasi. Selain itu, prostaglandin juga dapat menimbulkan rasa nyeri (dolor).
Platelet Activating Factor (PAF) juga dilepaskan dari fosfolipid membran sel tertentu apabila sel mengalami kerusakan. Sel-sel tersebut diantaranya adalah basofil, sel mast, neutrofil, monosit, makrofag, thrombosit, dan endotel. Stimulasi pelepasan PAF pada sel basofil dan sel mast berasal dari perlekatan ganda antigen pada beberapa IgE di membran sel basofil dan sel mast. Aktifitas PAF sebagai mediator inflamasi mempunyai kemampuan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas yang lebih kuat daripada histamin. Selain menghsilkan agregasi dan mengaktifkan thrombosit, PAF juga berperan dalam agregasi leukosit, adhesi dengan endotel, kemotaksis, degranulasi, dan oxydative burst (peningkatan kandungan oksigen metabolit di dalam fagolisosom leukosit). Aktifitas oxydative burst berperan untuk meningkatkan fungsi perusakan terhadap agen yang telah difagositasi, dalam proses tersebut beberapa bagian oksigen metabolit ditumpahkan keluar fagolisosom leukosit dan dapat memperparah kerusakan jaringan di lokasi peradangan.
Mediator peradangan yang berperan dalam peradangan sistemik diantaranya adalah interleukin-1, interleukin-6, dan TNF yang merupakan sitokin yang diproduksi oleh leukosit dan dilepas ke sirkulasi darah. Stimulasi dari mediator peradangan sistemik tersebut diantaranya adalah agen infeksius, paparan xenobiotik (bahan asing yang bersifat merusak/toksik), dan respon imun. Adanya respon inflamasi sistemik tersebut menyebabkan hati akan memproduksi protein fase akut, seprti C-reaktif, komplemen, serum amyloid, dan protein koagulan darah secara lebih aktif.

Kamis, 12 April 2012

Pemisahan Campuran

-PEMISAHAN CAMPURAN-

Di alam, sebagian besar zat atau benda yang kita ketemukan tidak dalam keadaan murni atau tunggal, sebagian besar zat-zat merupakan campuran dari berbagai macam senyawa atau unsur. Dalam banyak hal senyawa atau unsur dibutuhkan oleh kita dalam keadaan murni. Senyawa atau unsur dalam keadaan murni diperlukan untuk pembuatan obat. Hal ini diperlukan agar reaksi dapat berjalan dengan sempurna dan hasil reaksi juga memiliki kemurnian yang tinggi. Untuk mendapatkan senyawa-senyawa yang murni diperlukan proses pemisahan. Kita juga sering melakukan proses pemisahan, misalnya air yang bercampur dengan kotoran kita saring agar air menjadi lebih jernih, perhatikan Gambar 15.1. Proses pemisahan lain juga dapat kita amati, misalnya pemisahan air dari garam-garam yang dilakukan petani garam. Air laut diuapkan dan didapat kristal garam. Garam yang dihasilkan bukan NaCl murni masih berupa campuran, selanjutnya mereka mengirimnya ke pabrik untuk proses lebih lanjut. Dalam kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan satu atau lebih produk yang lebih murni dari suatu sebuah campuran senyawa kimia.

15.1. Pemisahan
Proses pemisahan merupakan proses perpindahan masa, perpindahan dapat terjadi jika senyawa-senyawa yang ada dalam campuran memiliki sifat fisika atau sifat kimia yang berbeda. Perbedaan sifat inilah yang menyebabkan kita dapat memisahkannya. Sebagai contoh kita dapat pisahkan satu zat karena berbeda dalam hal ukuran partikelnya, pemisahan dapat kita lakukan dengan pengayakan. Beberapa sifat fisika zat yang dapat dipergunakan misalnya berat jenis, muatan listrik, titik didih, titik beku dan lainnya. Selain itu sifat-sifat kimia juga dapat dipergunakan khususnya adalah interaksi kimia antara satu zat dengan zat lainnya. Secara teknis, pemisahan suatu campuran dapat dapat dilakukan dengan berbagai metode. Umumnyapemisahan dilakukan dengan mempertimbangkan fasa komponen dari campuran tersebut. Suatu campuran dapat berupa campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Campuran heterogen dapat dibentuk dari beberapa fasa misalnya padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, cair-gas, gas-gas, atau campuran ketiganya padat-cair-dan gas. Sehingga dalam proses pemisahan seringkali kita melakukan beberapa kali proses pemisahan serta mengkombinasikan berbagai teknik pemisahan agar mendapatkan hasil pemisahan yang diinginkan. Teknik pemisahan, secara umum dapat kita klasifikasikan sebagai pemisahan secara mekanik atau berdasarkan sifat fisika dan pemisahan secara kimia. Atas dasar ini teknik pemisahan kita bahas.
15.1.1. Pengayakan
Teknik pemisahan ini merupakan teknik yang tertua, teknik ini dapat dilakukan untuk campuran heterogen khususnya campuran dalam fasa padat. Proses pemisahan didasari atas perbedaan ukuran partikel didalam campuran tersebut. Sehingga ayakan memiliki ukuran pori atau lubang tertentu, ukuran pori dinyatakan dalam satuan mesh, contoh ayakan dapat dilihat pada Gambar 15.2. Sebagai contoh sederhana kita dapat lakukan pemisahan pasir dari sebuah campuran pasir dan batu kerikil, menggunakan ayakan yang porinya cukup halus. Begitu pula, jika kita ingin memisahkan beras yang bercampur dengan katul yang halus.
Teknik lain penmisahan campuran dalam fasa padat juga dapat dilakukan dengan cara flotasi (pengapungan). Pemisahan dengan cara ini didasari pada sifat permukaan dari senyawa atau partikel. Senyawa atau partikel ada yang memiliki sifat suka air (hidrofilik) dan ada yang tidak suka air (hidrofobik). Bila kedua sifat ini muncul maka pemisahan dapat dilakukan dengan memberikan air kedalam campuran tersebut. Untuk senyawa atau partikel yang suka air, zat ini akan tetap berada dalam fasa air. Sedangkan yang hidrofobik menempel pada gelembung udara, dan akan naik ke permukaan, dan dapat dipisahkan, lihat Gambar 15.3.
15.1.2. Filtrasi
Filtrasi adalah proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan dan partikel-partikel
padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat. Proses filtrasi yang sederhana adalah proses penyaringan dengan dengan media filter kertas saring (Gambar 15.4). Kertas saring kita potong melingkar jika masih bentuk lembaran empat persegi panjang atau kubus, jika telah berbentuk lingkaran lipat dua, sebanyak tiga atau empat kali. Selanjutnya buka dan letakkan dalam corong pisah sehingga tepat melekat dengan corong pisah. Tuangkan campuran heterogen yang akan dipisahkan, sedikit demi sedikit, kira-kira banyaknya campuran tersebut adalah sepertiga dari tinggi kertas. Lakukan berulang-ulang, sehingga kita dapat memisahkan partikel padat dengan cairannya. Hasil filtrasi adalah zat padat yang disebut residen dan zat cairnya disebut dengan filtrat. Proses pemisahan dengan cara filtrasi dapat kita bedakan berdasarkan adanya tekanan dan tanpa tekanan. Contoh diatas merupakan proses pemisahan tanpa tekanan, dimana cairan mengalir karena adanya gaya grafitasi. Pemisahan ini sangat cocok untuk campuran heterogen dimana jumlah cairannya lebih besar dibandingkan partikel zat padatnya. Proses pemisahan dengan tekanan, umumnya dengan cara di vakumkan (disedot dengan pompa vakum). Proses pemisahan dengan teknik ini sangat tepat dilakukan, jika jumlah partikel padatnya lebih besar dibandingkan dengan cairannya. Perhatikan Gambar 15.5, pada halaman berikut.



















15.1.3. Sentrifugasi
Campuran heterogen terdiri dari senyawa-senyawa dengan berat jenis berdekatan sulit dipisahkan. Membiarkan senyawa tersebut terendapkan karena adanya grafitasi berjalan sangat lambat. Beberapa
campuran senyawa yang memiliki sifat seperti ini adalah koloid, seperti emulsi. Salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk
memisahkan campuran ini adalah teknik sentrifugasi, yaitu metode yang digunakan dalam untuk mempercepat proses pengendapan dengan memberikan gaya sentrifugasi pada partikel-partikelnya. Pemisahan sentrifugal menggunakan prinsip dimana objek diputar secara horizontal pada jarak tertentu. Apabila objek berotasi di dalam tabung atau silinder yang berisi campuran cairan dan partikel, maka campuran tersebut dapat bergerak menuju pusat rotasi, namun hal tersebut tidak terjadi karena adanya gaya yang berlawanan yang menuju kearah dinding luar silinder atau tabung, gaya tersebut adalah gaya sentrifugasi. Gaya inilah yang menyebabkan partikel-partikel menuju dinding tanbung dan terakumulasi membentuk endapan (Gambar 15.6). Mari kita perhatikan proses pembuatan minyak kelapa, dimana teknik pemisahan sentrifugasi cukup berperan. Buah kelapa dihancurkan, dan diperas sehingga didapat bagian santan. Didalam santan terdapat campuran minyak dengan air. Dengan melakukan sentrifugasi dengan kecepatan antara 3000-3500 rpm, maka terjadi pemisahan dan terdapat dua bagian yaitu fraksi kaya minyak (krim) dan fraksi miskin minyak (skim). Selanjutnya krim diasamkan, kemudian diberi perlakuansentrifugasi sekali lagi untuk memisahkan minyak dari bagian bukan minyak. Dalam pengolahan minyak kelapa, sering juga dilakukan modifikasi khususnya dalam pemisahan krim untuk mendapatkan bagian minyak. Modifikasi tersebut dilakukan dengan cara pemanasan krim, dan akan dihasilkan padatan dan minyak, selanjutnya dengan penyaringan kita dapatkan minyak kelapa yang bersih dan jernih.




15.1.4. Kristalisasi
Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk hingga 100%. Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh (supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut. Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh dapat dicapai. Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan empat cara yaitu, penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia. Pemisahan denga pembentukan kristal melalui proses penguapan merupakan cara yang sederhana dan mudah kita jumpai, seperti pada proses pembuatan garam. Air laut dialirkan kedalam tambak dan selanjutnya ditutup. Air laut yang ada dalam tambak terkena sinar matahari dan mengalami proses penguapan, semakin lama jumlah berkurang, dan mongering bersamaan dengan itu pula kristal garam terbentuk. Biasanya petani garam mengirim hasilnya ke pabrik untuk pengolahan lebih lanjut. Pabrik gula juga melakukan proses kristalisasi, tebu digiling dan dihasilkan nira, nira tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam alat vacuum evaporator, Dalam alat ini dilakukan pemanasan sehingga kandungan air di dalam nira menguap, dan uap tersebut dikeluarkan dengan melalui pompa, sehingga nira kehilangan air berubah menjadi Kristal gula. Ketiga teknik yang lain pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia pada prinsipnya adalahsama yaitu mengurangi kadar pelarut didalam
campuran homogeen.

15.1.5. Destilasi
Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan perbedaan titik didik atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan alat pendingin (Gambar 15.7). Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin (perhatikan Gambar 15.7), proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut. Contoh dibawah ini merupakan teknik pemisahan dengan cara destilasi yang dipergunakan oleh industri. Pada skala industri, alcohol dihasilkan melalui proses fermentasi dari sisa nira (tebu) myang tidak dapat diproses menjadi gula pasir. Hasil fermentasi adalah alcohol dan tentunya masih bercampur secara homogen dengan air. Atas dasar perbedaan titik didih air (100 oC) dan titik didih alcohol (70oC), sehingga yang akan menguap terlebih dahulu adalah alcohol. Dengan menjaga destilasi maka hanya komponen alcohol saja yang akan menguap. Uap tersebut akan melalui pendingin dan akan kembali cair, proses destilasi alcohol merupakan destilasi yang sederhana, dan mempergunakan alat seperti pada Gambar 15.7. Proses pemisahan yang lebih komplek terjadi pada minyak bumi. Dalam minyak bumi banyak terdapat campuran (lihat Bab 10). Atas dasar perbedaan titik didihnya, maka dapat dipisahkan kelompok-kelompok produk dari minyak bumi. Proses pemanasan dilakukan pada suhu cukp tinggi, berdasarkan perbedaan titik didih dan system pendingin maka kita dapat pisahkan beberapa kelompok minyak bumi. Proses ini dikenal dengan destilasi fraksi, dimana terjadi pemisahan-raks-  fraksi dari bahan bakar lihat Gambar 15.7. proses pemisahan minyak bumi.

Senin, 09 April 2012

Guna As.Laktat

Lactic Acid Bacteria mempunyai beberapa keunggulan diantaranya:
1. Menekan pertumbuhan sel kanker hingga menghentikan pertumbuhan sel kanker
2. Menekan aflatoxin
3. Memperbaiki status diare
4. Meningkatkan imunitas, dengan mengaktifkan dua sel: NK sel dan macrophages. NK sel sangat berfungsi untuk menghambat pertumbuhan sel kaker. Dengan adanya LAB, NK sel ini, akan teraktivasi dan akan secara lebih progresif menyerang sel kanker hingga membunuh sel kanker ini. LAB juga dapat mengaktifkan macrophages. Macrophages ini berfungsi untuk menyerang bakteri pathogen. Keaktifan macrophages ini ternyata akan lebih tinggi pada activated-macrophages. Pengaktivan macrophages dapat dilakukan dengan LAB.

Minggu, 08 April 2012

Beautiful Girl -Cristian Bautista-

Beautiful girl, wherever you are
I knew when I saw you, you had opened the door
I knew that I’d love again after a long, long while
I’d love again.
You said “hello” and I turned to go
But something in your eyes left my heart beating so
I just knew that I’d love again after a long, long while
I’d love again.

Refrain : It was destiny’s game
will love finally came on
I rushed in line only to find
That you were gone.
Whenever you are, I fear that I might
Have lost you forever like a song in the night
Now that I’ve loved again after a long, long while
I’ve loved again.

*Repeat Refrain
Beautiful girl, I’ll search on for you
‘Til all of your loveliness in my arms come true
You’ve made me love again after a long, long while
In love again
And I’m glad that it’s you
Hmm, beautiful girl

Sabtu, 07 April 2012

Minyak Atsiri

Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah zat berbau atau biasa disebut dengan minyak esential, minyak eteris karena pada suhu kamar mudah menguap di udara terbuka tanpa mengalami penguraian. Istilah esential atau minyak yang berbau wangi dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman penghasilnya. Dalam keadaan murni dan segar biasanya minyak atsiri umumnya tidak berwarna atau kekuning-kuningan dengan rasa dan bau yang khas. Namun dalam penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resi serta warnanya berubah menjadi lebih gelap.
Sumber minyak atsiri dapat diperoleh dari setiap bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, batang, akar, ataupun rimpang. Selain itu dapat larut baik dalam etanol dan pelarut organik, namun sukar larut dalam air dan kurang larut dalam etanol yang kadarnya kurang dari 70 %. Umumnya zat organik pada minyak atsiri tersusun dari unsur C, H, dan O, berupa senyawa alifatis atau aromatis meliputi kelompok hidrokarbon, ester, eter, aldehid, keton, alkohol dan asam.
Secara kimia minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi tersusun dari berbagai macam komponen yang secara garis besar terdiri dari kelompok terpenoid dan fenil propan. Pengelompokkan tersebut berdasarkan pada awal terjadinya minyak atsiri di dalam tanaman.
Terpenoid berasal dari suatu unit sederhana yang disebut sebagai isoprena. Sehingga dapat dikatakan komponen minyak atsiri termasuk senyawa isoprenoid, karena molekul- molekulnya tersusun dari unit-unit isopren. Sementara fenil propan terdiri dari gabungan inti benzen dan propana. Penyusun minyak atsiri dari kelompok terpenoid dapat berupa monoterpen dan seskuiterpen yang merupakan komponen utama minyak atsiri. Minyak atsiri dapat digunakan sebagai:
1. Menarik serangga (penyerbukan)
2. Untuk kosmetik / parfum
3. Penolak serangga
4. Sebagai bumbu masak
5. Antiseptik (obat)
6. Karminativum

*            Sifat-   Sifat Minyak Atsiri
Adapun sifat-sifat minyak atsiri adalah sebagai berikut:
1.        Tersusun oleh bermacam-macam komponen senyawa
2.        Bau khas
3.        Rasa getir, tajam, menggigit, memberi kesan hangat sampai panas atau justru dingin bila terasa di kulit
4.        Dalam keadaan murni mudah menguap pada suhu kamar
5.        Tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak menjadi tengik
6.        Tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik oleh oksigen, matahari atau panas
7.        Indeks bias umumnya tinggi dan bersifat optis aktif (memiliki atom C asimetrik)
8.        Kelarutannya sangat kecil di dalam air
9.        Mudah larut dalam pelarut organik

*            Keberadaan Minyak Atsiri dalam Tanaman
Minyak atsiri terkandung dalam bernagai organ, seperti di dalam rambut kelenjar, dalam sel-sel parenkim, di dalam saluran minyak, di dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen ataupun terkandung dalam semua jaringan.
Minyak atsiri dapat terbentuk langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau hidrolisis dari glikosida tertentu. Peranan utama minyak atsiri pada tumbuhan itu sendiri adalah sebagai pengusir serangga (mencegah bunga dan daun rusak), serta sebagai pengusir hewan pemakan daun lainnya. Namun sebaliknya minyak atsiri juga berfungsi sebagai penarik serangga guna membantu penyerbukan silang dari bunga



A.

*           Biosintesis Komponen Minyak Atsiri
Kerangka dasar komponen minyak atsiri adalah terpen yang terdiri dari satuan isoprena. Satuan isoprena yang berperan aktif secara biosintetik adalah isopentenil pirofosfat, dimetil alil pirofosfat serta senyawa yang terbentuk dari asam asetat lewat jalur biosintesis asam mevalonat. Geranil piropsfat adlah prekursor C10 dari terpen dan berperan penting dalam pembentukan monoterpen siklik serta dibentuk melalui kondensasi dari masing-masing satuan isopentenil.

Prekursor pertama untuk komponen fenil propanoid dalam minyak atsiri adalah asam siamat dan asam p-hidroksi sinamatyang juga dikenal sebagai asam p-kumarat. Dalam tanaman, senyawa ini dibentuk dari asam amino aromatik fenilalanin dan tirosin yang akhirnya disintesis lewat jalur asam sikimat yang dapat dibantu oleh Escherichia coli yang membutuhkan asam amino aromatik untuk pertumbuhannnya. Asam sikimat selanjutnya akan menghasilkan asam korismat yang bisa menghasilkan triptofan lewat jalur asam antranilat dan asam prefenat . asam prefanat mengalami dehidrasi dan dekarboksilasi sehingga menghasilkan asam fenilpiruvat (prekursor fenilalanin), atau justru mengalami dehidrogenasi dab dekarboksilasi menghasilkan asam p-hidroksifenil piruvat (prekursor tirosin).


*           Metode Isolasi Minyak Atsiri
Metode isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1.     Penyulingan (destilasi)
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berdasarkan perbedaan titik didihnya. Prinsip dasar penyulingan adalah cairan dirubah menjadi uap pada titik didihnya, kemudian uap tersebut dikondensasikan lagi ke dalam bentuk cairan dengan proses pendinginan
Penyulingan dapat dilakukan dengan bebagai cara, yaitu :
a. Penyulingan dengan air
b. Penyulingan dengan air dan uap
c. Penyulingan dengan uap
2.     Ekstraksi/ penyarian dengan pelarut organik (mudah menguap) yang sesuai
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia dengan pelarut organik yang mudah menguap yang sesuai. Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan dengan pemanasan. Metode ini banyak digunakan karena rendahnya kadar minyak dalam tanaman, selain itu cara ini dianggap paling efektif karena sifat minyak atsiri yang larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar.
3.     Enflurage
Prinsipnya adalah metode perlekatan bau dengan menggunakan media lilin dan memanfaatkan aktivitas enzim yang diyakini masih aktif selama sekitar 15 hari sejak bahan minyak atsiri dipanen. Metode ini digunakan karena ada beberapa jenis bunga yang setelah dipetik enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai beberapa minggu, misalnya bunga melati. Diperlukan perlakuan khusus secara langsung agar tidak mengubah aktivitas enzim.
4.     Penyarian dengan lemak padat
Biasanya untuk memperoleh minyak atsiri dari bunga-bungaan
a.     tanpa pemanasan (enfleurage)
b.     dengan lemak panas (maserasi)
5.     Pemerasan
Umumnya dilakukan terhadap bahan berupa buah atau kulit buah dari tanaman yang termasuk keluarga Citrus karena minyak atsirinya rusak oleh penyulingan (tidak stabil dan idak tahan pemanasan). Karena tekanan pada pemerasan, sel-sel yang mengandung minyak lemak pecah dan minyak atsiri keluar dan mengalir ke permukaan. Metode ini hanya cocok untuk minyak atsiri yang rendamannya relatif besar.
6.     Penyarian dengan gas CO2
Metode berdasarkan pada kelarutan minyak atsiri yang baik dalam CO2.
*           Cara Pengujian
Kimia :
a.     2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes asam sulfat pekat → coklat hitam
b.     2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes asam encer → kuning
c.     2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes larutan NaOH 5 % → coklat tua
d.    2 mg serbuk simplisia ditambah 5 tetes kalium iodida 6 % → kuning

*           Pengujian Mutu
Setiap minyak atsiri mempunyai sifat khas dari senyawa kimia yang menyusunnya. Sifat ini dapat berubah karena proses pengolahan dan penyimpanan → perlu dilakukan.
Pengujian mutu yang dilakukan adalah :
1.     Uji organoleptik
2.     Uji sifat fisika dan kimia
                - warna, kejernihan dan bau                        - persentase alkohol
                - bobot jenis                                                - kadar aldehid dan keton
                - putaran optik                                             - kadar fenol
                - indek bias                                                  - kadar sineol
                - bil. Asam                                                   - logam berat
                - bil. Ester dan bil. Penyabunan
*           Penentuan Minyak Atsiri
a. KLT
b. KGC
c. SM
*           Pereaksi Warna / Penampak bercak :
-    Anisaldehid – H2SO4
-    Vanilin – H2SO4
-    H2SO4 pekat
-    SbCl3 dalam CHCl3
-    Larutan KMnO4 0,2 % dalam air
*           Tanaman Penghasil Minyak Atsiri
a.     Minyak kapulaga
b.     Minyak kenanga
c.     Minyak kayu manis
d.    Minyak ketumbar
e.     Minyak sereh
f.      Minyak melati
g.     Minyak lavender
h.     Minyak pala
i.       Minyak lada
j.       Minyak mawar
k.     Minyak nilam
l.       Minyak cendana
m.   Minyak akar wangi
n.     Minyak jahe
Contoh simplisia yang mengandung minyak atsiri:
* Minyak Jahe/ Ginger Oil
Tanaman asal               : Zingiber officinale
Famili                          : Zingiberaceae
Rendeman                   : 3,5 %
Sumber                        : rimpang
Komponen Penyusun  : oleoresin, zingiberena, zingiberol, zingerol, zingerona,       kamfena, felandren, sineol, geraniol, borneol, linalool
Kegunaan                    : bahan pewangi permen, parfum, korigen odoris, karminativum
* Lengkuas
Tanaman asal                                       : Languas Galanga (L.)
Famili                                                  : Zingiberaceae
Bagian tanaman yang digunakan        : Rimpang
Kandungan tanaman                           : minyak atsiri lebih kurang 1% mengandung kamfer, sineol, dan asam metilsinamat.
Penggunaan                                         : Karminatif, antifungi, sakit perut, malaria.